Pagi yang cerah menyambut kami di pelabuhan penyeberangan Pattumbukan. sebentar lagi kami akan berlayar menuju Taman Nasional Taka Bonerate. mengingat perjalanan ini cukup jauh dan memakan waktu yang lama, kami harus makan terlebih dahulu. berbekal nasi bungkus yang telah di sediakan, kami menikmati sarapan pagi di pinggir dermaga. suasana di sini sepi sekali, hanya ada rombongan kami dan awal kapal motor yang akan membawa kami. Pelabuhan penyeberangan Pattumbukan berjarak lebih kurang 1 jam perjalanan darat dengan mobil dari Benteng, tempat kami menginap. kondisi jalannya bagus dan terletak di balik bukit sehingga tak terjangkau signal telepon apalagi koneksi internet. untuk sementara waktu terpisah dulu dari dunia maya. Alhamdulillah cuaca pagi ini cerah dan gelombang laut tidak terlalu besar sehingga perjalanan terasa nyaman. saya pun terlelap cukup lama di buai gelombang dan angin laut. ketika terbangun, saya melihat pulau-pulau yang nampak kecil dan laut yang berwarna biru muda dan toska, tak seperti yang kami lalui tadi berwarna biru tua. hari ini kami akan menginap di Pulau yang bernama Rajuni Besar. oh ya, di kepulauan Taka Bonerate ini, nama-nama pulaunya berpasangan, besar dan kecil. ukuran Pulau Rajuni Besar - ada juga yang menyebutnya Rajuni Laut - terlihat lebih kecil dari Pulau Rajuni Kecil (Rajuni Desa). listrik di pulau ini hanya menyala dari jam 5 sore sampai dengan jam 11 malam. untuk sementara, matikan saja handphone anda karena hanya akan menghabiskan baterai tanpa mendapatkan signal. ini lah saatnya untuk menikmati kehidupan yang sesungguhnya tanpa di ganggu teknologi komunikasi. tak ada resort atau hotel di pulau Rajuni Besar, kami numpang menginap di rumah pak Haji pemilik kapal. besok adalah hari Raya Idul Adha, dan keluarga pak Haji sedang sibuk mempersiapkan makanan untuk di sajikan di hari raya. saat ini sedang musim kemarau sehingga persediaan air tawar sangat terbatas. kami terpaksa menggunakan air yang tersedia, airnya terasa asin dan agak lengket di badan. entah air payau atau air laut, ya di nikmati saja hehehhehe.... naaahhhh, hari ini kami akan tinggal di Pulau Tinabo Besar.
0 Comments
Perjalanan saya kali ini tidak di rencanakan jauh-jauh hari. sebuah kebetulan, mungkin juga hadiah dari Allah SWT. tak ada rencana saya untuk mengunjungi Sulawesi di tahun ini, namun entah mengapa tiba-tiba muncul keinginan untuk kembali menginjakkan kaki di tanah Sulawesi, tepatnya Sulawesi Selatan. setelah melewati 2 jam penerbangan dari Jakarta ke Makassar, di lanjutkan dengan 4 jam perjalanan darat menggunakan mobil menuju pelabuhan Bulukumba dan di tambah lagi 2 jam menggunakan kapal Ferry Bontoharu, akhirnya saya tiba dengan selamat di Pelabuhan Pamatata, Pulau Selayar. kebayang kan gimana lama dan capeknya perjalanan saya, tapi itu semua menjadi tak terasa ketika di sambut dengan keindahan gradasi biru laut yang terhampar luas. Setibanya di Pelabuhan Pamatata, Selayar, kami telah di tunggu oleh pemandu lokal yang siap mengantarkan ke tempat-tempat menarik. tempat pertama yang akan di tuju adalah pantai Pabadilang. salah satu objek wisata alam pulau Selayar yang terletak di desa Bongaiya, kecamatan Bontomatene. matahari bersinar terang, mencerahkan langit dan terasa panas di kulit. pemandangan laut yang mempesona ini mengalahkan rasa lelah dan malas. saya kebingungan harus mulai dari mana memotret, semuanya nampak indah. nyalakan kamera, arahkan kemanapun kita suka, lalu tekan tombol shutter dan hasilnya di jamin ciamik, gak perlu settingan macam-macam. pasir putih terhampar luas di pinggir pantai, di batasi oleh dinding karang yang menjulang tinggi. seluas mata memandang terhampar warna biru perut sudah terasa lapar, kami pun makan di atas bale-bale menikmati nasi bungkus yang telah di sediakan. lanjut lagi......... sekarang menuju sebuah perkampungan tua yang terletak di desa Bitombang, Bontobangun. perkampungan tua ini sangat unik, terletak di atas bebatuan yang tidak rata, sehingga tiang-tiang rumah harus menyesuaikan tingginya. rumah-rumah panggung terbuat dari kayu dan masih terjaga keasliannya. hari sudah sore, kami bergegas meninggalkan perkampungan tua Bitombang dan menuju pantai Baloiya untuk menyaksikan matahari tenggelam di balik lautan. tak lengkap rasanya mengunjungi pulau selayar tanpa membeli oleh-oleh. makanan khas Selayar yang wajib di coba adalah tenteng kenari dan haje banne. kita bisa membelinya di sekitar dermaga penyebarangan Pamatata, ada banyak ibu-ibu penjual yang akan mendatangi kita dan menawarkan dagangannya. harga sekotak (mika) kecil tingting kenari dan haje banne sangat terjangkau, masing-masing di hargai Rp. 5.000
pulau selayar merupakan penghasil buah kenari, jadi tak heran kalau penganan nya banyak yang berasal dari buah kenari. tenteng kenari terbuat dari buah kenari yang di iris tipis dan di lumuri gula merah yang telah di didihkan. sedangkan haje banne merupakan makanan khas selayar yang terlihat seperti wajik namun teksturnya tidak terlalu padat. haje banner terbuat dari biji jewawut yang di campurkan dengan cairan gula merah dan di beri toping irisan biji kenari. haje banne tidak bertahan lama hanya sekitar 1-2 hari. jadi baiknya di beli pada saat akan kembali pulang ke tempat asal. Setelah sekian lama merencanakan untuk mengunjungi Geopark Ciletuh, Alhamdulillah hari ini saya bisa mewujudkannya. perjalanan singkat di kala weekend, menyegarkan fikiran, sejenak melupakan rutinitas ibukota Jakarta. memulai perjalanan di hari Jum'at malam tanggal 31 Juli 2015, kami berangkat menuju Ciletuh, Sukabumi menaiki mobil Land Rover 4WD. beberapa kali berhenti untuk istirahat, meluruskan badan, membeli makanan ringan. saya sih tidur aja hehehehe..... Alhamdulillah menjelang azan subuh, kami tiba di sekretariat PAPSI (Paguyuban Alam Pakiulan Sukabumi). langsung aja saya berwudhu di masjid yang terletak di samping sekretariat dan menunaikan shalat Subuh berjamaah dengan masyarakat setempat. oh ya, PAPSI ini adalah organisasi pemuda setempat yang mengelola wisata di kawasan Geopark Ciletuh. kami memulai perjalanan pagi ini setelah selesai sarapan pagi di homestay dan belanja minuman dan makanan di Alfamart. yuk kita mulai berpetualang .... jalanan yang di lalui cukup bagus, namun di beberapa bagian rusak parah dan membuat kami terguncang-guncang di atas mobil. wajib pegangan, ngeri jatuh. akhirnya sampai juga di tujuan pertama, Curug Sodong. Matahari bersinar terang, namun suasana di dekat air terjun (curug) Sodong terasa adem. airnya bersih dan sejuk. bebatuannya terlihat artistik dihiasi lumut hijau. pohon-pohon rindang meneduhkan lingkungan, membuat kita betah berlama-lama di tempat ini. tak jauh dari Curug Sodong, terdapat Curug Cikanteh. namun tak mudah untuk bisa menikmati Curug Cikanteh yang menakjubkan ini. jalan yang belum tertata dengan baik memberikan kesempatan kepada kita untuk mencari jalan sendiri. mau lewat air, bebatuan atau tanah, silahkan di sesuaikan dengan kesukaan. kalo saya sih, karena lagi gak mau basah-basahan, memilih jalan di pinggir sungai. beruntung lah kami di bantu oleh pemandu setempat, namanya pak Jaya. beliau sangat faham daerah sini, jadi kami hanya tinggal mengikuti langkah beliau. golok yang di bawa pak Jaya, sangat membantu untuk merambah semak dan memotong pohon mati untuk di jadikan tongkat. pak Jaya sangat bersemangat untuk mengajak kami menuju Curug Cikanteh. awalnya ada beberapa teman yang nyaris menyerah karena melihat jalanan yang harus di lewati, namun karena dorongan dari pak Jaya, akhirnya kami semua bisa menikmati megahnya Curug Cikanteh. setelah puas bermain di air terjun Cikanteh, kami kembali berjalan kaki menuju parkiran mobil di dekat Curug Sodong. mobil Land Rover bergerak menjauh dari curug sodong menyusuri jalanan berbatu di perumahan penduduk. kami singgah sejenak di warung untuk mengisi perut yang telah lapar dan juga menunaikan shalat Zuhur. Kawasan Geopark Ciletuh memiliki banyak air terjun, masing-masing memiliki keunikannya. saat ini sedang musim kemarau sehingga debit air tidak terlalu deras. namun tampak jelas keindahan terpancar dari kemegahan air terjun Curug Cimarinjung kami lanjutkan menghabiskan waktu menunggu matahari tenggelam di puncak Darma di ketinggian 3.200 mdpl. butuh skill khusus mengendarai mobil land rover 4WD menaklukkan jalanan menuju puncak darma. jalanan berbatu tajam dengan kemiringan yang membuat kami harus berpegangan erat di mobil, karena takut terjatuh dan berteriak-teriak karena goncangan mobil yang sedang melaju menaklukkan bukit. senangnya bisa di pandu oleh pak Jaya, orang yang sangat mengenal Ciletuh. kami di bawa ke tempat-tempat yang jarang di kunjungi orang lain, seperti saat ini menuju Curug Tengah. kita akan menikmati air terjun dari atas, bukan memandang dari bawah seperti biasanya. angin berhembus sepoi-sepoi, namun karena sedang berada di atas air terjun, saya merasa agak takut untuk mendekat ke ujung nya. air nya terasa sejuk namun mengalir deras, kita harus hati-hati agar tidak terbawa arus. tak jauh dari Curug Tengah, kami berjalan ke arah atas menyusuri aliran sungai menuju Curug Awang belum puas rasanya mengagumi dan menikmati keindahan curug Awang, kami sudah harus kembali ke penginapan dan kembali pulang ke Jakarta. Daerah Ciletuh dan sekitarnya terletak di sebelah selatan - timurTeluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. di Ciletuh terdapat satu-satunya komplek batuan tertua yang berumur lebih dari 50 juta tahun (Pra Tersier) yang tersingkap di Jawa Barat.
secara geologi kawasan ini termasuk pada Jalur Pegunungan Selatan yang di dominasi oleh batuan Formasi Jampang. yaitu unit batuan yang terdiri atas breksi gunungapi, tuf dengan sisipan lava berselingan dengan batupasir, batulempung, dan napal; yang berumur antara Oligosen Atas - Miosen Bawah (sekitar 25 juta tahun hingga 15 juta tahun) |
Liza
Seorang perempuan biasa yang selalu ingin menambah ilmu dan pengalaman. Archives
March 2019
Categories
All
|